Saliva

 

A.   Pengertian saliva

Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor di dalam rongga mulut. Makanan dapat menyebabkan saliva menjadi asam maupun basa. Peran saliva terhadap proses karies bergantung pada komposisi, viskositas, pH, dan mikroorganisme (Nadia, 2014).

Kecepatan aliran sekresi saliva berubah-ubah pada setiap individu tergantung pada fungsi waktu, sekresi saliva mencapai maksimal pada saat distimulasi sedangkan mencapai minimal pada saat tidak distimulasi. Aliran saliva rata-rata pada saat istirahat adalah 20ml/jam, pada saat makan mencapai 150ml/jam dan 20- 50ml pada saat tidur (Indriana, 2011).

 

B.   Fungsi saliva

Saliva berfungsi tidak hanya membantu dalam pengunyahan, tetapi juga memiliki aksi pelindung yaitu menjaga kesehatan gigi dan mulut. Saliva melindungi jaringan di dalam rongga mulut melalui pembersihan mekanis, melapisi setiap jaringan di dalam rongga mulut, pengaruh dapar, dan aktivitas antibakteri. Menurut Sherwood (2001), saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1.    Mempermudah proses penelanan dan membasahi partikelpartikel makanan sehingga menghasilkan pelumas yaitu mukus yang kental

2.    Membantu dalam proses berbicara dengan mempermudah gerakan lidah dan bibir

3.    Membantu dalam menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus menerus mengalir dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan dan melepaskan sel epitel serta benda asing di rongga mulut

4.    Bikarbonat dalam saliva berfungsi untuk menetralkan asam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di rongga mulut.

 

C.   Kelenjar saliva

Secara umum saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar utama, yaitu kelenjar sublingual, submandibula dan kelenjar parotis yang semua ini terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus pendek ke dalam rongga mulut. Kelenjar- kelenjar ini berada pada setiap regio di dalam rongga mulut, kecuali gusi dan di bagian depan palatum durum (Almeida, 2008).

Letak dari masing-masing kelenjar saliva mayor dan minorsaliva serta tipe sekresinya adalah sebagai berikut :

1.    Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar terletak di depan telinga belakang ramus mandibula. Saluran keluar dari kelenjar parotis melewati permukaan luar muskulus maseter dan tampak pada rongga mulut berupa papila kecil terletak berseberangan dengan molar kedua rahang atas, menghasilkan sekresi serus (Coulthard, 2011).

2.    Kelenjar Submandibula

Kelenjar submandibula besarnya sekitar setengah dari ukuran kelenjar parotis. Posisinya berada di antara body mandibuda dan muskulus myohyloid (pada dasar mulut). Saluran keluar kelenjar submandibula muncul dari bagian posterior kelenjar menuju dasar mulut di bawah anterior lidah pada ujung papila sublingual dan tampak pada sebelah lateral frenulum lingual. Sekresi kelenjar ini merupakan campuran dari serus dan mukus (Coulthard, 2011).

3.    Kelenjar Sublingual

Kelenjar sublingual merupakan kelenjar paling kecil di antara ketiga kelenjar liur mayor, ukurannya sekitar seperlima dari kelenjar submandibula. Kelenjar ini terletak pada dasar mulut di bawah sublingual fold dari membran mukus. Sekitar 8-20 saluran keluar kelenjar ini pada rongga mulut melewati ridge dari sublingual fold atau dapat menyatu pada saluran keluar kelenjar submandibula. Sekresi utama kelenjar ini adalah mukus (Coulthard, 2011)

 

D.   Komposisi saliva

 Komposisi saliva terdiri dari 94,0%-99,5% air, bahan organik dan anorganik. Komponen organik yang utama adalah protein, selain itu juga ditemukan adanya lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin, sedangkan komponen anorganik dari saliva antara lain Na , K , Ca 2 , Mg 2 , Cl, SO4, H2SO4, HPO4 (Indriana, 2010).

 Konsentrasi NaCI (garam) pada saliva hanya sepertujuh dari konsentrasi di plasma, yang penting dalam menunjukan rasa asin. Di sisi lain, diskriminasi rasa manis ditingkatkan oleh tidak adanya glukosa di air liur. Di dalam saliva itu sendiri terdapat beberapa protein yang berperan penting yaitu amilase, mukus dan lizosim (Ganong, WF, 2008). Saliva sendiri juga mengandung beberapa enzim dan glikoprotein. Enzim yang terkandung di dalam saliva diantaranya terdapat lipase lingual yang di keluarkan oleh kelenjar lidah dan αamilase saliva yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar saliva. Selain itu saliva juga mengandung suatu glikoprotein yang disebut musin, yang berguna dalam melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut (Guyton AC and Hall JE, 2006).

 

    E.Pengukuran Saliva Menggunakan Saliva-Check Buffer Kit

Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus diperiksa dan dinilai dalam menentukan faktor risiko karies adalah saliva. Lima faktor yang dinilai dalam tes saliva (Saliva-Check Buffer Kit) adalah derajat hidrasi, viskositas, kuantitas (laju alir saliva), pH dan kapasitas buffer (kualitas)

 

-Hidrasi Saliva (Hidration Test)

      Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat aliran saliva. cara pemeriksaannya adalah:

      Menarik bibir bawah, lalu mengeringkan mukosa labial dengan kasa secara hati- hati, mukosa diperiksa dibawah sinar yang memadai, selanjutnya mengamati butiran saliva yang keluar dari muara glandula minor, bila waktu keluarnya lebih dari 60 detik, maka arus saliva dibawah nomal.

      Kondifikasi:

Kriteria

Keterangan

Kategori

≥ 60 detik

aliran saliva rendah

Merah

30-60 detik

aliran saliva sedang

Kuning

≤ 60 detik

aliran saliva normal

Hijau

 

 

-Viskositas Saliva

Viskositas adalah suatu keadaan viskus yang mempunyai hubungan yang erat dengan komposisi glikoprotein. Peran saliva sebagai pelumas sangat penting untuk kesehatan mulut, memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses penelanan, dan juga penting dalam memperjelas ucapan saat berbicara. Viskositas saliva sangat dipengaruhi oleh sekresi saliva. Viskositas saliva yang normal penting untuk pencernaan makanan dan fungsi motorik seperti mastikasi, penelanan dan bicara. Peningkatan viskositas saliva akan menyebabkan gangguan bicara dan penelanan. Individu yang mempunyai viskositas saliva yang tinggi berisiko tinggi mendapat penyakit periodontal. Efisiensi saliva sebagai pelumas tergantung pada viskositas dan perubahan laju aliran saliva. Apabila viskositas saliva meningkat, komposisi air dalam saliva menurun dan ini akan menyebabkan saliva menjadi lebih kental.

§   (Viskositas Test)

 

Pemeriksaan visual untuk mengetahui viskositas saliva. Cara pemriksaannya adalah mengamati secara visual viskositas tanpa stimulasi. Jika jernih, konsistensi seperti air berarti sehat. Bila tampak menyerabut, berbusa atau bergelembung atau sangat lengket, ini brarti bahwa kandungan air rendah disebabkan produksi saliva rendah.

Kondifikasi :

Kriteria

Viskositas

Kategori

Sangat lengket (berbusa)

viskositas kental

Merah

Berbusa (gelembung)

viskositas kental

Kuning

Seperti air (jernih)

viskosotas normal

Hijau

 

(Sundoro,2000).

 

-Laju Alir Saliva

Laju alir saliva sangat mempengaruhi kuantitas saliva yang dihasilkan. Laju alir saliva tidak terstimulasi dan kualitas saliva sangat dipengaruhi oleh waktu dan berubah sepanjang hari. Terdapat peningkatan laju alir saliva saat bangun tidur hingga mencapai tingkat maksimal pada siang hari, serta menurun ketika tidur. Refleks saliva terstimulasi melalui pengunyahan atau adanya makanan asam dapat meningkatkan laju alir saliva hingga 10 kali lipat atau lebih. Pada orang normal, laju alir saliva dalam keadaan tidak terstimulasi sekitar 0,3-0,5 ml/menit. Jumlah sekresi saliva per hari tanpa distimulasi adalah 300 ml. Sedangkan ketika tidur selama 8 jam, laju alir saliva hanya sekitar 15 ml. Dalam kurun waktu 24 jam, saliva rata-rata akan terstimulasi pada saat makan selama 2 jam. Lalu saliva berada dalam kondisi istirahat selama 14 jam, dengan total produksi saliva 700-1500 ml. Sisanya merupakan saliva dalam kondisi istirahat. Ketika saliva distimulasi, laju alir saliva meningkat hingga mencapai 7 ml/menit.10

 Laju alir saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada anak dan dewasa laju alir saliva meningkat diikuti dengan efek psikis seperti berbicara tentang makanan yang disukai, melihat makanan dan mencium makanan yang disukai dapat meningkatkan laju alir saliva. Sebaliknya, berfikir makanan atau mencium bau yang tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva. Adapun juga, laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh karena ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.

 

Pemeriksaan saliva terstimulasi Kuantitas Saliva

(Quantity Test)

Cara pemeriksaannya adalah : Pasien mengunyah sepotong wax, setelah 30 detik pasien meluda dalam cawan, dan pasien melanjutkan mengunyah slama 5 menit. kemudian pasien meludah lagi kedalam cawan, selanjutnya melihat dengan memeriksa jumlah saliva.

Kondifikasi :

Kriteria

Kuantitas

Kategori

≤ 3,5 ml

kuantitas sangat rendah

Merah

3,5 – 5,0 ml

kuantitas sangat rendah

Kuning

≥ 5,0 ml

kuantitas sangat normal

Hijau

 

(Sundoro,2000).

-Derajat Keasaman Saliva (pH dan Buffer Saliva)

Derajat keasaman saliva juga disebut sebagai pH (potential of hydrogen) merupakan suatu cara untuk mengukur derajat asam maupun basa dari cairan tubuh. Keadaan basa maupun asam dapat diperlihatkan pada skala pH sekitar 0-14 dengan perbandingan terbalik yang makin rendah, nilai pH makin banyak asam dalam larutan sedangkan meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa dalam larutan, dimana 0 merupakan pH yang sangat rendah dari asam. pH 7,0 merupakan pH yang netral, sedangkan pH diatas 7,0 adalah basa dengan batas pH setinggi 14.2

 Menurut Mount dan Hume, pH berpengaruh terhadap terjadinya demineralisasi email jika saliva sudah mencapai pH kritis yaitu 5,5 karena pada pH tersebut hidroksiapatit email akan mengalami kerusakan. Penurunan pH yang secara terus-menurus mengakibatkan semakin banyak asam yang bereaksi dengan kalsium dan fosfat sehingga melarutkan hidroksiapatit.  Besarnya nilai pH mulut tergantung dari saliva sebagai buffer yang mereduksi formasi plak.

 Kapasitas buffer saliva merupakan faktor primer yang penting pada saliva untuk mempertahankan derajat keasaman saliva berada dalam interval normal sehingga keseimbangan (homeostatis) mulut terjaga. Sistem buffer yang memberi kontribusi utama (85%) pada kapasitas total buffer saliva adalah sistem bikarbonat dan (15%) oleh fosfat, protein dan urea. Pembentukan asam oleh bakteri didalam plak maka akan terjadi penurunan pH. Dengan adanya penurunan pH akan menyebabkan kadar asam menjadi tinggi didalam mulut akibatnya pH saliva menjadi asam.

 Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6–7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan alir saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva.2,11 Derajat keasaman saliva pada keadaan istirahat pH saliva total yang tidak dirangsang biasanya bersifat asam, bervariasi dari 6,4 sampai 6,9. Konsentrasi bikarbonat pada saliva istirahat bersifat rendah, sehingga suplai bikarbonat kepada kapasitas buffer saliva paling tinggi hanya mencapai 50%, sedangkan pada saliva yang dirangsang dapat mensuplai sampai 85%.11 Kecepatan sekresi saliva mempengaruhi derajat keasaman dalam saliva, dan juga berpengaruh pada proses demineralisasi gigi. Hal ini dapat ditemukan pada beberapa penyakit dengan gangguan sekresi saliva. Keadaan psikologis juga menyebabkan penurunan pH saliva akibat penurunan kecepatan sekresi saliva.  Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,5–7,5 dan apabila rongga mulut pH-nya rendah antara 4,5–5,5 akan memudahkan pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus.

Pemeriksaan pH dengan test trip (pH Measurement)

Cara pemeriksaannya adalah pasien meludah ke dalam cawan selanjutnya memasukkan pH trip kedalam cawan yang berisi saliva selama 10 detik kemudian melihat perubahan warna dari strip lalu membandingkan gambaran standar.

Kondifikasi :

Kriteria

Derajat Keasaman

Kategori

pH 5,0 – 5,8

keasaman saliva tinggi

Merah

pH 6,0 – 6,6

Keasaman saliva moderat

Kuning

pH 6,8 – 7,8

keasaman saliva sehat

Hijau

(Sundoro,2000).

kapasitas buffer (Buffer Capasity)

        Pemeriksaan mengindikasikan efektifivitas saliva untuk menetralisasi asam di dalam mulut, yang berasal dari makana, plak gigi.

Cara pemeriksaannya adalah:

      Saliva disedot dari cawan pengumul saliva menggunakan pipet secukupnya, lalu diteteskan satu tetes pada setiap pad (satu trip ada 3 pad). Selanjutnya memerengkan test trip 90° agar saliva tersedot tisu absorben, hal ini untuk mencegah kelebihan saliva sehingga mempengaruhi ketetapan pemeriksaan. pemeriksaan dilakukan segera setelah 5 menit terjadi perubahan warna.

Hasil pemeriksaan setelah  5 menit

Warna

Point

Hijau

4

Hijau/biru

3

Biru

2

Biru/merah

1

Merah

0

Kondifikasi :

Hasil dari penjumlahan dari 3 pads

Point

Buffer

Warna

0-5

sangat rendah

merah

6-9

Rendah

kuning

10-12

Normal

hijau

 

(Sundoro,2000)

 

 


Sumber

Rizqi, Annisa and Wibisono, Gunawan and NGESTININGSIH , DWI (2013) PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP PENURUNAN KELUHAN PADA LANSIA PENDERITA XEROSTOMIA. Undergraduate thesis, Diponegoro University.

Amalia, Shela Rizki, J2A014026 (2018) PENGARUH BERKUMUR LARUTAN MADU 15% TERHADAP PERUBAHAN PH SALIVA PADA ANAK USIA 11-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR LABSCHOOL UNNES SEMARANG. Undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Karpanan, Loshnee, (2016) PENGUKURAN SALIVA MENGGUNAKAN SALIVA-CHECK BUFFER KIT DAN PENGALAMAN KARIES PADA SISWA SLB-A TANJUNG MORAWA MEDAN. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

Ria Nurmalina, and Susilarti, and Sutrisno, (2019) HUBUNGAN pH SALIVA DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA SISWA SMP. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Sundoro, Edi Hartini. (2000) PEMANFAATAN SALIVA DALAM Mf,NDETEKSI FAKTOR-FAKTOR RESIKO TERHADAP KARIES. Jurnal Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Lebih baru Lebih lama